Tinjauan Buku oleh Calista Alvina

Tinjauan Buku oleh Calista Alvina

 Editor, dan Travel Reviewer




1. Dari Sudut Pandang Pembaca Umum:

Sebagai pembaca awam yang pernah bermimpi menginjakkan kaki di Eropa tapi selalu terkendala biaya dan kerumitan, buku ini menjelma menjadi teman yang membisikkan kalimat sederhana namun berani: “Kamu bisa, asal tahu caranya.”

Buku ini tidak menggurui, melainkan mengajak. Hadi Hartono menulis dengan gaya yang ringan namun tajam, menyelipkan humor, keluguan khas backpacker pemula, dan kehangatan seorang teman seperjalanan. Ia menurunkan langit Eropa ke pangkuan pembaca Indonesia—dengan bahasa sehari-hari, harga rupiah, dan solusi dari masalah paling mendasar: uang.


2. Dari Sudut Pandang Seorang Traveler Berpengalaman:

Sebagai seseorang yang telah menjelajahi belasan negara dengan berbagai gaya (dari koper hingga ransel), saya bisa bilang: buku ini realistis. Ini bukan sekadar tulisan indah tentang destinasi; ini panduan teknis dengan sentuhan reflektif. Penulis tahu bahwa tantangan backpacking bukan hanya soal logistik, tapi juga ketahanan emosi, manajemen waktu, dan kemampuan beradaptasi dengan ritme lokal.

Saya mengapresiasi bagaimana Hadi menghindari jebakan “tourist trap” dan memilihkan rute yang secara geografis dan emosional terukur. Ada kota yang disebut ramai dikunjungi, tapi ada juga kota kecil yang memberi keheningan untuk merenung. Kombinasi seperti ini hanya bisa disusun oleh orang yang benar-benar menjalaninya, bukan hanya menulis dari riset daring.


3. Dari Kacamata Editor Buku Travel:

Struktur buku ini kuat dan konsisten. Setiap bab dimulai dengan alur logis: orientasi kota, cara tiba, opsi transportasi lokal, tempat tinggal, makanan murah, hingga hidden gems yang tak disebut dalam brosur turis biasa. Tapi yang paling menarik bagi saya sebagai editor adalah keseimbangan antara data dan narasi personal.

Buku ini bukan hanya menyampaikan fakta, tapi juga emosi. Di sela tips teknis, terselip paragraf yang membuat pembaca berhenti sejenak dan berpikir tentang makna perjalanan itu sendiri—tentang kesendirian, adaptasi, bahkan rasa kagum yang tak bisa dibeli.


4. Dari Perspektif Psikolog Perjalanan:

Traveling, terlebih backpacking lintas negara, adalah bentuk rite of passage modern—sebuah proses transformasi pribadi. Buku ini menangkap aspek itu dengan jernih, meskipun tak dikatakan secara eksplisit.

Ada bagian-bagian yang membicarakan rasa ragu sebelum berangkat, kekhawatiran tersesat, adaptasi dengan budaya baru, hingga momen-momen di mana penulis “kehilangan arah” dan justru menemukan makna. Ini adalah perjalanan geografis sekaligus eksistensial. Dan itu sangat berharga.

Buku ini bisa menjadi bacaan yang merangsang refleksi diri, terutama bagi mereka yang sedang dalam masa transisi hidup: pasca lulus kuliah, pasca PHK, sebelum menikah, atau saat ingin me-reset hidup.


5. Dari Perspektif Aktivis Literasi Digital:

Di zaman ketika orang lebih suka mencari travel hack di TikTok atau Instagram Reels, buku ini menjadi pengingat bahwa informasi mendalam masih punya tempat. Ini bukan konsumsi 15 detik—ini karya yang bisa menemani Anda berminggu-minggu sebelum keberangkatan dan terus dibaca ulang selama di jalan.

Buku ini juga menjembatani antara literasi digital dan literasi cetak: daftar aplikasi penting, tautan langsung, bahkan cara menggunakan maps offline. Cocok bagi generasi hybrid yang terbiasa dengan dunia fisik dan digital sekaligus.


🔚 Kesimpulan Pribadi Calista:

📌 Jika kamu sedang menimbang-nimbang apakah Eropa itu terlalu mahal, terlalu jauh, atau terlalu rumit, bacalah buku ini.
📌 Jika kamu ingin tahu cara berpikir logis, ekonomis, dan strategis dalam merancang perjalanan lintas benua, bacalah buku ini.
📌 Jika kamu ingin disadarkan bahwa “perjalanan bukan soal gaya, tapi keberanian menata makna”, maka kamu sedang memegang buku yang tepat.

Backpacker ke Eropa 20 Hari bukan hanya panduan ke luar negeri, tapi juga panduan kembali ke diri sendiri.

🌍✨

0 Comments